tag:blogger.com,1999:blog-76819942414862444342024-03-21T18:32:32.537-07:00Anak IndonesiaAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/09654717446214703932noreply@blogger.comBlogger4125tag:blogger.com,1999:blog-7681994241486244434.post-62906131248460213292011-10-07T11:46:00.001-07:002011-10-07T21:41:38.054-07:00asal usul nama yogyakakarta<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1uaNn4ldCktmUIrw8liK8WVlzZCRj_o3DuqkbG1qTAQ1Hc7cUQ0uGmNKWsTktlct0rp6kIgBFRP1Q_c3yoC7kygvt__Kn5Jf_vXF2NpY_QXx0fE8rQwiPIBVUqm8QSfSX7l6ueg6DdjWZ/s1600/Kraton%252B1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1uaNn4ldCktmUIrw8liK8WVlzZCRj_o3DuqkbG1qTAQ1Hc7cUQ0uGmNKWsTktlct0rp6kIgBFRP1Q_c3yoC7kygvt__Kn5Jf_vXF2NpY_QXx0fE8rQwiPIBVUqm8QSfSX7l6ueg6DdjWZ/s1600/Kraton%252B1.jpg" /></a></div>
Nama Yogyakarta berasal dari kata Ayodya,<br />
nama sebuah kerajaan terkenal dalam jagad<br />
wayang dalam serial epos Ramayana. Ayodya<br />
adalah kerajaan tempat Sri Rama dilahirkan.<br />
Mengapa nama itu dipilih? Berikut ini<br />
ceritanya.<br />
Sebelum di Yogyakarta dan Surakarta didirikan<br />
kerajaan, wilayah itu menjadi satu dan disebut<br />
Mataram dengan ibukota Kartasura, yang<br />
jaraknya kurang-lebih sepuluh kilometer<br />
disebelah barat Surakarta (yang sekarang<br />
terkenal dengan sebutan kota Solo). Di<br />
kerajaan ini, bertahta Susuhunan Paku Buwono<br />
II. Pada tahun 1740, di Batavia yang sekarang<br />
disebut Jakarta, terjadi pemberontakan, yang<br />
merembet ke Kartasura, sehingga kerajaan itu,<br />
pada tahun 1742 jatuh. Raja beserta pasukan<br />
dan semua nara praja melarikan diri kea rah<br />
timur, yakni ke suatu tempat, yang kemudian<br />
dinamakan Surakarta. Pemerintah penjajahan<br />
Belanda atau kompeni ikut membantu<br />
memulihkan wibawa raja di tempat yang baru.<br />
Namun, keadaan belum juga tenang. Sebab,<br />
Raden Mas Said, kemenakan raja,<br />
memberontak. Kemudian raja membuat<br />
semacam sayembara, yakni: siapapun yang<br />
dapat memadamkan pemberontakan itu akan<br />
dihadiahi tanah yang luas sekali di daerah<br />
Sokowati. Tertarik dengan hadiah itu, Pangeran<br />
Mangkubumi, adik raja menyanggupkan diri<br />
untuk menenteramkan keadaan. Akan tetapi,<br />
Patih Pringgoloyo tidak setuju.<br />
"Kalau Pangeran Mangkubumi mendapatkan<br />
hadiah tanah yang begitu luas, ia akan terlalu<br />
kuat. Itu berbahaya!" Kata pada saat itu<br />
sembari menghaturkan sembah. Sementara<br />
masalah itu belum dapat diselesaikan,<br />
datanglah Gubernur Jenderal Van Imhoff<br />
menagih janji kepada Susuhunan, yakni tanah di<br />
pantai utara, sebagai pembayaran atas jasanya<br />
membantu memadamkan pemberontakan di<br />
Kartasura dan menenteramkan keadaan.<br />
"Hamba setuju. Hamba setuju. Bapak<br />
Gubernur Jenderal pan Imop harus diberi<br />
hadiah tanah itu. Dan wilayah Sokowati jangan<br />
diberikan kepada Pangeran Mangkubumi.<br />
Jangan. Pokoknya jangan. Dibatalkan saja janji<br />
itu!" Kata Patih Pringgoloyo dengan suara<br />
melengking-lengking. Tentu saja, Pangeran<br />
Mangkubumi sangat marah<br />
-bersambung ya-g diucapkan Pringgoloyo. Susuhunan<br />
Paku Buwono II, sebenarnya, maklum akan<br />
amarah Mangkubumi. Tetapi, Gubernur Jenderal<br />
van Imhoff menegur Pangeran Mangkubumi<br />
agar dapat menahan diri.<br />
"Kamu harus bersikap sopan Mangkubumi,"<br />
kata van Imhoff. Dapat dibayangkan malu<br />
Pangeran Mangkubumi. Di rumah sendiri, di<br />
kerajaan sendiri, di tanah air sendiri, dikata-<br />
katai seperti itu. Karena tidak dapat menahan<br />
amarahnya, Mangkubumi segera memberikan<br />
sembah kepada Susuhunan Paku Buwono II, dan<br />
mohon diri. Ia bergabung dengan Raden Mas<br />
Said, orang yang seharusnya tumpas, untuk<br />
melawan Belanda yang amat sangat kurang<br />
ajar itu.<br />
Pemberontakan yang dipimpin dua bangsawan<br />
tangguh semakin hari semakin meluas. Pada<br />
tahun 1750, dibawah pimpinan Raen Mas Said,<br />
yang juga dikenal dengan Pangeran Samber<br />
Nyawa, pasukan pemberontak menyerbu<br />
Surakarta. Lagi, kompeni Belanda diminta<br />
bantuan untuk mengusirnya. Berhasil memang,<br />
tetapi ratusan tentara Belanda terbunuh;<br />
beberapa luka parah. Bahkan dua tahun<br />
kemudian, 1752, pemberontakan semakin<br />
merajalela. Pangeran Mangkubumi berhasil<br />
membujuk rakyat dari Madura sampai Banten<br />
untuk menolak semua perintah Belanda.<br />
Sementara itu, Paku Buwono II sudah<br />
digantikan oleh Paku Buwono III dan van Imhoff<br />
sudah diganti von Hohendorff. Dua tahun<br />
kemudian, Gubernur Jenderal ini diganti oleh<br />
Nicolaas Hartingh. Ia segera menghubungi<br />
Mangkubumi dan melalui seorang ulama<br />
berdarah Turki, bernama Syeh Ibrahim alias<br />
Sarip Besar, menawarkan perdamaian.<br />
Tawaran diterima dengan syarat, Mataram<br />
dibagi dua. Pembagian kerajaan ini dikenal<br />
dengan nama Perjanjian Gianti, yang<br />
dilaksanakan pada tanggal 15 Februari 1755.<br />
Bagaimana dengan Raden Mas Said yang<br />
berjuang bersama-sama dengan Mangkubumi?<br />
Kelihaian Belanda adalah memecah belah,<br />
mengadu domba, dan kemudian menguasainya.<br />
Sebelum Hohendorff diganti Hartingh sudah<br />
menghubungi Raden Mas Said dan menawarkan<br />
kedudukan sebagai putra mahkota; tetapi<br />
ditolaknya. Cara-cara Hohendorff melakukan<br />
kontak dibuat sedemikian rupa, sehingga<br />
Mangkubumi mencurigai Raden Mas Said. Oleh<br />
karena itu, keduanya pecah: mereka berjuang<br />
sendiri-sendiri.<br />
Tatkala Perjanjian Gianti ditandatangani,<br />
Susuhunan Paku Buwono III menyerahkan keris<br />
pusaka bernama Kyai Kopek, yang semula milik<br />
Sunan Kali Jaga, kepada Mangkubumi. Pada saat<br />
itulah, Mangkubumi resmi menjadi raja dan<br />
bergelar Sultan Hamengku Buwono I. Maka,<br />
sekarang tibalah waktunya untuk mencari<br />
tempat dimana istana akan didirikan.<br />
Sementara usaha sedang berlangsung, Sultan<br />
berkenan bertempat tinggal di Ambar<br />
Ketawang,. Tidak terlalu jauh dari Art Gallery<br />
milik pelukis terkemuka, Drs. H. Amri Yahya.<br />
Beberapa punggawa kerajaan diutus untuk<br />
mencari tempat yang tepat. Tentu saja, ini<br />
bukan pekerjaan yang mudah. Sebab, walaupun<br />
pada waktu itu ilmu pengetahuan membangun<br />
rumah belum maju seperti sekarang,<br />
pengetahuan tradisional sudah cukup sebagai<br />
bekal. Namun, karena kegigihan para punggawa,<br />
akhirnya tempat itu ditemukan, yaitu hutan<br />
Garjitawati, tidak jauh dari desa Beringan.<br />
Sultan pun menyetujuinya. Lalu, akan diberi<br />
nama apa kerajaan baru itu?<br />
Alkisah, tatkala masih memimpin perang, oleh<br />
para prajurit dan punggawanya yang dekat,<br />
Pangeran Mangkubumi senantiasa dipandang<br />
mereka dengan penuh kekaguman. Apalagi,<br />
tatkala Mangkubumi berhasil menghimpun<br />
rakyat dari pantai utara untuk melawan<br />
Belanda. Ini bukan pekerjaan yang mudah.<br />
Kemampuan beliau menghimpun rakyat,<br />
dipandang para punggawa dan prajurit,<br />
bagaikan Sri Rama yang mengerahkan pasukan<br />
kera melawan bala tentara raksasa dari<br />
kerajaan Alengka. Oleh karena itu, Mangkubumi<br />
dijuluki seorang ahli perang. Namun,<br />
Mangkubumi juga dikenal sebagai seorang yang<br />
gemar bertapa dan bersemedi. Tujuannya,<br />
untuk merenungkan semua peristiwa dan<br />
mempertimbangkan tindakan yang tepat<br />
sebelum melakukannya. Menurut beberapa<br />
punggawa, selepas bersamadi, wajah<br />
Mangkubumi tampak bersinar; bahkan, dari<br />
kedua matanya memancarkan cahaya yang<br />
menyorot. Siapa pun yang dipandangnya bagai<br />
disentuh hatinya. Tidaklah mengherankan jika<br />
punggawa membayangkan bahwa Mangkubumi<br />
adalah jelmaan Dewa Wisnu.<br />
Dalam wayang, Dewa Wisnu menjelma menjadi<br />
Krishna yang berkerajaan di Dwarawati. Ia<br />
menjadi penasihat keluarga Pandawa yang<br />
memenangkan pertempuran besar,<br />
Bharatayudha. Bagi para punggawa, sebelum<br />
Dewa Wisnu menjelma menjadi Krishna,<br />
terlebih dahulu menjelma menjadi Sri Rama<br />
yang berkerajaan di Ayodya. Karena<br />
Mangkubumi yang sudah bergelar Sultan<br />
Hamengku Buwono I dipandang sebagai jelmaan<br />
Dewa Wisnu dalam ujud Sri Rama, pantaslah<br />
jika kerajaannya disebut Ayodya. Demikianlah,<br />
maka kerajaan itu disebut Ayodya, yang<br />
kemudian disingkat menjadi Yodya.<br />
Setiap penamaan, terkadang bukan hanya<br />
memberi tanda kepada sesuatu atau seseorang,<br />
tetapi juga terkandung harapan. Apalagi,<br />
kerajaan itu dibangun dengan kekuatan senjata,<br />
pertaruhan jiwa dan raga. Harapan para<br />
punggawa, setelah kerajaan Yodya dibangun,<br />
seterusnya aman dan tenteram, damai dan<br />
sejahtera. Itulah sebabnya, nama Yodya<br />
ditambah dengan karta, yang mengandung arti<br />
serba baik. Demikianlah, kerajaan itu,<br />
kemudian, disebut Yodyakarta. Dalam<br />
perkembangan selanjutnya, mungkin karena<br />
ucapan, nama itu menjadi Yogyakarta hingga<br />
sekarang. Di sebelah utara istana Yogyakarta<br />
ada sebuah pasar yang kini dibangun bagus<br />
sekali, disebut Beringharja, yang semula desa<br />
Beringan, yang letaknya disebelah utara hutan<br />
Garjitawati.<br />
<br />Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09654717446214703932noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7681994241486244434.post-83129651486023237812011-10-05T02:35:00.000-07:002011-10-05T08:38:40.936-07:00Kisah Yang Sangat Memilukan !<img src="https://fbcdn-sphotos-a.akamaihd.net/hphotos-ak-ash4/s320x320/294756_200615593340251_100001754351476_477739_2059174078_n.jpg" /><br />
<br />
Anak perempuan kecil yang malang ini memberitahukan ibunya,'<b>Mama aku baru saja melukis memakai lipstik mama'.</b> Ibunya yang mendengar hal itu lalu melihat lipstik mahal yang baru saja dibelinya telah tinggal setengah dan wajah dan tangan dan baju anak perempuan telah belepotan dengan lipstik tersebut. Dengan sangat marah, ibu itu mengamuk dan memukuli anak perempuan kecil yang malang tersebut tanpa menghiraukan tangisan dan jeritan dari mulut kecilnya. Kemudian setelah berhasil melampiaskan emosinya, ibu ini baru sadar kalau anak perempuannya sudah gak bergerak lagi. Ia pun menguncangkan tubuh anaknya sambil menangis dan memohon agar anak perempuannya membuka matanya. Tapi terlambat,….. jantung anak perempuan itu telah berhenti berdetak. Dan saat sang ibu melihat ke seprei tempat tidur anaknya, disitu tertulis sebuah tulisan dengan tinta lipstik merah yang tertulis: “Mama, aku sangat mencintaimu”.<br />
tolong sebarkan kisah ini kepada teman anda dan tempelkan pada dinding anda sebagai salah satu bentuk wujud<b><i> MENENTANG KEKERASAN PADA ANAK!!!</i></b><br />
semoga bermanfaat,<br />
wassalamAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/09654717446214703932noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-7681994241486244434.post-49115623761058130212011-10-01T23:10:00.000-07:002011-10-03T01:50:54.650-07:00Sejarah Kota Jakarta<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/b/b5/Karte_Batavia_MKL1888.png/250px-Karte_Batavia_MKL1888.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/b/b5/Karte_Batavia_MKL1888.png/250px-Karte_Batavia_MKL1888.png" /></a></div>
<br />
<h3 style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: none; background-origin: initial; border-bottom-color: initial; border-bottom-style: none; border-bottom-width: initial; font-family: sans-serif; font-size: 17px; line-height: 19px; margin-bottom: 0.3em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; overflow-x: hidden; overflow-y: hidden; padding-bottom: 0.17em; padding-top: 0.5em; width: auto;">
</h3>
<div style="background-color: white; font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px; margin-bottom: 0.5em; margin-top: 0.4em;">
</div>
<h3 style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: none; background-origin: initial; border-bottom-color: initial; border-bottom-style: none; border-bottom-width: initial; font-size: 17px; margin-bottom: 0.3em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; overflow-x: hidden; overflow-y: hidden; padding-bottom: 0.17em; padding-top: 0.5em; width: auto;">
<span class="mw-headline" id="Sunda_Kelapa_.28397.E2.80.931527.29">Sunda Kelapa (397–1527)</span></h3>
<div style="margin-bottom: 0.5em; margin-top: 0.4em;">
Jakarta pertama kali dikenal sebagai salah satu pelabuhan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Sunda" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Kerajaan Sunda">Kerajaan Sunda</a> yang bernama <b>Sunda Kelapa</b>, berlokasi di muara <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sungai_Ciliwung" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Sungai Ciliwung">Sungai Ciliwung</a>. Ibu kota<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Sunda" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Kerajaan Sunda">Kerajaan Sunda</a> yang dikenal sebagai Dayeuh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pakuan_Pajajaran" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Pakuan Pajajaran">Pakuan Pajajaran</a> atau <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pajajaran" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Pajajaran">Pajajaran</a> (sekarang <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bogor" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Bogor">Bogor</a>),pelabuhan ini diperkirakan telah ada sejak abad ke-5 dan diperkirakan merupakan ibu kota Tarumanagara yang disebut Sundapura.</div>
<div style="margin-bottom: 0.5em; margin-top: 0.4em;">
</div>
<h3 style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: none; background-origin: initial; border-bottom-color: initial; border-bottom-style: none; border-bottom-width: initial; font-size: 17px; margin-bottom: 0.3em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; overflow-x: hidden; overflow-y: hidden; padding-bottom: 0.17em; padding-top: 0.5em; width: auto;">
<span class="mw-headline" id="Jayakarta_.281527.E2.80.931619.29">Jayakarta (1527–1619)</span></h3>
<div style="margin-bottom: 0.5em; margin-top: 0.4em;">
Orang <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Portugal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Portugal">Portugis</a> merupakan orang <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Eropa" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Eropa">Eropa</a> pertama yang datang ke Jakarta. Pada <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Abad_ke-16" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Abad ke-16">abad ke-16</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Surawisesa" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; color: #0645ad;" title="Surawisesa">Surawisesa</a>, raja Sunda meminta bantuan Portugis yang ada di Malaka untuk mendirikan benteng di Sunda Kelapa sebagai perlindungan dari kemungkinan serangan Cirebon yang akan memisahkan diri dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Sunda" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Kerajaan Sunda">Kerajaan Sunda</a>. <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Penetapan_hari_jadi_Jakarta" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: none; background-origin: initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Penetapan hari jadi Jakarta">Penetapan hari jadi Jakarta</a> tanggal <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/22_Juni" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: none; background-origin: initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="22 Juni">22 Juni</a> oleh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sudiro" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: none; background-origin: initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Sudiro">Sudiro</a>, walikota Jakarta, pada tahun 1956 adalah berdasarkan tragedi pendudukan pelabuhan Sunda Kalapa oleh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Fatahillah" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: none; background-origin: initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Fatahillah">Fatahillah</a> pada tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1527" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: none; background-origin: initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="1527">1527</a>. Fatahillah mengganti nama kota tersebut menjadi <b>Jayakarta</b> yang berarti "kota kemenangan". Selanjutnya Sunan Gunung Jati dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Cirebon" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: none; background-origin: initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Kesultanan Cirebon">Kesultanan Cirebon</a>, menyerahkan pemerintahan di Jayakarta kepada putranya yaitu Sultan Maulana Hasanuddin yang menjadi sultan di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Banten" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: none; background-origin: initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Kesultanan Banten">Kesultanan Banten</a>.</div>
<div style="margin-bottom: 0.5em; margin-top: 0.4em;">
</div>
<h3 style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: none; background-origin: initial; border-bottom-color: initial; border-bottom-style: none; border-bottom-width: initial; font-size: 17px; margin-bottom: 0.3em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; overflow-x: hidden; overflow-y: hidden; padding-bottom: 0.17em; padding-top: 0.5em; width: auto;">
<span class="mw-headline" id="Batavia_.281619.E2.80.931942.29">Batavia (1619–1942)</span></h3>
<div class="thumb tright" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1.3em; margin-left: 1.4em; margin-right: 0px; margin-top: 0.5em; width: auto;">
<div class="thumbinner" style="background-color: #f9f9f9; border-bottom-color: rgb(204, 204, 204); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(204, 204, 204); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(204, 204, 204); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(204, 204, 204); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; font-size: 12px; overflow-x: hidden; overflow-y: hidden; padding-bottom: 3px !important; padding-left: 3px !important; padding-right: 3px !important; padding-top: 3px !important; text-align: center; width: 252px;">
<a class="image" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Pangeran_Jayakarta.jpg&filetimestamp=20100622062611" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;"><img alt="" class="thumbimage" height="143" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/9/9f/Pangeran_Jayakarta.jpg/250px-Pangeran_Jayakarta.jpg" style="background-color: white; border-bottom-color: rgb(204, 204, 204); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-color: initial; border-left-color: rgb(204, 204, 204); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(204, 204, 204); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(204, 204, 204); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; border-width: initial; vertical-align: middle;" width="250" /></a><br />
<div class="thumbcaption" style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; font-size: 11px; line-height: 1.4em; padding-bottom: 3px !important; padding-left: 3px !important; padding-right: 3px !important; padding-top: 3px !important; text-align: left;">
<div class="magnify" style="background-attachment: initial !important; background-clip: initial !important; background-color: initial !important; background-image: none !important; background-origin: initial !important; background-position: initial initial !important; background-repeat: initial initial !important; border-bottom-style: none !important; border-color: initial !important; border-left-style: none !important; border-right-style: none !important; border-top-style: none !important; border-width: initial !important; float: right;">
<a class="internal" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Pangeran_Jayakarta.jpg&filetimestamp=20100622062611" style="background-attachment: initial !important; background-clip: initial !important; background-color: initial !important; background-image: none !important; background-origin: initial !important; background-position: initial initial !important; background-repeat: initial initial !important; border-bottom-style: none !important; border-color: initial !important; border-left-style: none !important; border-right-style: none !important; border-top-style: none !important; border-width: initial !important; color: #0645ad; display: block; text-decoration: none;" title="Perbesar"><img alt="" height="11" src="http://bits.wikimedia.org/skins-1.17/common/images/magnify-clip.png" style="background-attachment: initial !important; background-clip: initial !important; background-color: white; background-image: none !important; background-origin: initial !important; background-position: initial initial !important; background-repeat: initial initial !important; border-bottom-style: none !important; border-color: initial !important; border-color: initial; border-left-style: none !important; border-right-style: none !important; border-top-style: none !important; border-width: initial !important; border-width: initial; display: block; vertical-align: middle;" width="15" /></a></div>
Pasukan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pangeran_Jayakarta" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Pangeran Jayakarta">Pangeran Jayakarta</a> menyerahkan tawanan Belanda kepada Pangeran Jayakarta</div>
</div>
</div>
<div style="margin-bottom: 0.5em; margin-top: 0.4em;">
Orang <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Belanda" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Belanda">Belanda</a> datang ke Jayakarta sekitar akhir abad ke-16, setelah singgah di Banten pada tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1596" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="1596">1596</a>. Jayakarta pada awal abat ke-17 diperintah oleh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pangeran_Jayakarta" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Pangeran Jayakarta">Pangeran Jayakarta</a>, salah seorang kerabat <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Banten" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; color: #0645ad;" title="Kesultanan Banten">Kesultanan Banten</a>. Pada <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1619" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="1619">1619</a>, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/VOC" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="VOC">VOC</a> dipimpin oleh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jan_Pieterszoon_Coen" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Jan Pieterszoon Coen">Jan Pieterszoon Coen</a> menduduki Jayakarta setelah mengalahkan pasukan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Banten" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Kesultanan Banten">Kesultanan Banten</a> dan kemudian mengubah namanya menjadi <b>Batavia</b>. Untuk pembangunan kota, Belanda banyak mengimpor budak-budak sebagai pekerja. Kebanyakan dari mereka berasal dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bali" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: none; background-origin: initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Bali">Bali</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: none; background-origin: initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Sulawesi">Sulawesi</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Maluku" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: none; background-origin: initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Maluku">Maluku</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Republik_Rakyat_Cina" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: none; background-origin: initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Republik Rakyat Cina">Tiongkok</a>, dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/India" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: none; background-origin: initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="India">pesisir Malabar, India</a>. Sebagian berpendapat bahwa mereka inilah yang kemudian membentuk komunitas yang dikenal dengan nama <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Betawi" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: none; background-origin: initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Suku Betawi">suku Betawi</a>.Pada tanggal <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/9_Oktober" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: none; background-origin: initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="9 Oktober">9 Oktober</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1740" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: none; background-origin: initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="1740">1740</a>, terjadi kerusuhan di Batavia dengan terbunuhnya 5.000 orang Tionghoa. Dengan terjadinya kerusuhan ini, banyak orang Tionghoa yang lari ke luar kota dan melakukan perlawanan terhadap Belanda.<sup class="reference" id="cite_ref-18" style="line-height: 1em;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jakarta#cite_note-18" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;">[19]</a></sup> Dengan selesainya <i>Koningsplein</i> (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gambir" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: none; background-origin: initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Gambir">Gambir</a>) pada tahun 1818, Batavia berkembang ke arah selatan. Tahun 1920, Belanda membangun kota taman Menteng, dan wilayah ini menjadi tempat baru bagi petinggi Belanda menggantikan <i>Molenvliet</i> di utara. Di awal abad ke-20, Batavia di utara, <i>Koningspein</i>, dan Mester Cornelis (<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jatinegara" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: none; background-origin: initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Jatinegara">Jatinegara</a>) telah terintegrasi menjadi sebuah kota.</div>
<div style="margin-bottom: 0.5em; margin-top: 0.4em;">
</div>
<h3 style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: none; background-origin: initial; border-bottom-color: initial; border-bottom-style: none; border-bottom-width: initial; font-size: 17px; margin-bottom: 0.3em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; overflow-x: hidden; overflow-y: hidden; padding-bottom: 0.17em; padding-top: 0.5em; width: auto;">
<span class="mw-headline" id="Jakarta_.281942.E2.80.93Sekarang.29">Jakarta (1942–Sekarang)</span></h3>
<div style="margin-bottom: 0.5em; margin-top: 0.4em;">
Penjajahan oleh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jepang" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Jepang">Jepang</a> dimulai pada tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1942" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="1942">1942</a> dan mengganti nama Batavia menjadi <b>Djakarta</b> untuk menarik hati penduduk pada <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Dunia_II" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Perang Dunia II">Perang Dunia II</a>. Sebelum tahun 1959, Djakarta merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat. Pada tahun 1959, status Kota Djakarta mengalami perubahan dari sebuah kotapraja di bawah walikota ditingkatkan menjadi daerah tingkat satu (Dati I) yang dipimpin oleh gubernur. Yang menjadi gubernur pertama ialah dr. Sumarno Sosroatmodjo, seorang dokter tentara. Pengangkatan Gubernur DKI waktu itu dilakukan langsung oleh Presiden Sukarno. Pada tahun 1961, status Jakarta diubah dari Daerah Tingkat Satu menjadi Daerah Khusus Ibukota (DKI) dan gubernurnya tetap dijabat oleh Sumarno.<sup class="reference" id="cite_ref-19" style="line-height: 1em;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jakarta#cite_note-19" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;">[20]</a></sup>Pada masa pemerintahan Soekarno, Jakarta melakukan pembangunan proyek besar, antara lain <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gelora_Bung_Karno" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: none; background-origin: initial; color: #0645ad;" title="Gelora Bung Karno">Gelora Bung Karno</a>, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mesjid_Istiqlal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: none; background-origin: initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Mesjid Istiqlal">Mesjid Istiqlal</a>, dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Monumen_Nasional" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: none; background-origin: initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Monumen Nasional">Monumen Nasional</a>. Pada masa ini pula <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Poros_Medan_Merdeka-Thamrin-Sudirman" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: none; background-origin: initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Poros Medan Merdeka-Thamrin-Sudirman">Poros Medan Merdeka-Thamrin-Sudirman</a> mulai dikembangkan sebagai pusat bisnis kota, menggantikan poros Medan Merdeka-Senen-Salemba-Jatinegara. Pusat pemukiman besar pertama yang dibuat oleh pihak pengembang swasta adalah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pondok_Indah" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: none; background-origin: initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Pondok Indah">Pondok Indah</a> (oleh PT Pembangunan Jaya) pada akhir dekade 1970-an di wilayah Jakarta Selatan.Pada <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mei" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: none; background-origin: initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Mei">Mei</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1998" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: none; background-origin: initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="1998">1998</a>, terjadi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerusuhan_Mei_1998" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: none; background-origin: initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Kerusuhan Mei 1998">kerusuhan</a> di Jakarta yang memakan korban banyak etnis <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tionghoa" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: none; background-origin: initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Tionghoa">Tionghoa</a>. <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gedung_MPR/DPR" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: none; background-origin: initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Gedung MPR/DPR">Gedung MPR/DPR</a> diduduki oleh para mahasiswa yang menginginkan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Reformasi" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: none; background-origin: initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Reformasi">reformasi</a>. Buntut kerusuhan ini adalah turunnya <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Presiden_Indonesia" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: none; background-origin: initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Presiden Indonesia">Presiden</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Soeharto" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: none; background-origin: initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Soeharto">Soeharto</a> dari kursi kepresidenan. (<i>Lihat <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerusuhan_Mei_1998" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Kerusuhan Mei 1998">Kerusuhan Mei 1998</a></i>).</div>
<div style="margin-bottom: 0.5em; margin-top: 0.4em;">
Semoga bermanfaat,wassalam.</div>
<div style="margin-bottom: 0.5em; margin-top: 0.4em;">
Sumber : Wikipedia</div>
<br />
<br />
<br />
<br />Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09654717446214703932noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7681994241486244434.post-55303179127981646992011-09-30T11:11:00.000-07:002011-10-03T01:51:08.930-07:00Aku Menangis Untuk Adikku 6 Kali Oleh Baraja Oiyy<div class="uiHeader uiHeaderBottomBorder mbm">
<div class="clearfix uiHeaderTop">
<div class="uiHeaderActions rfloat">
</div>
</div>
<div>
<h2 class="uiHeaderTitle">
</h2>
</div>
</div>
<div class="clearfix">
<div class="mbs uiHeaderSubTitle lfloat fsm fwn fcg">
<br /></div>
</div>
<div class="mbl notesBlogText clearfix">
<div>
Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku.<br />
<br />
Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis di sekelilingku kelihatannya membawanya, Aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu di tangannya.<br />
"Siapa yang mencuri uang itu?" Beliau bertanya. Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau mengatakan,<br />
"Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!"<br />
Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi.<br />
<br />
Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata,<br />
"Ayah, aku yang melakukannya!"<br />
Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisan nafas.<br />
<br />
Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi, "Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang? ... Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!"<br />
<br />
Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata,<br />
"Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi."<br />
Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku.<br />
<br />
Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun Aku berusia 11. Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten.<br />
<br />
Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus. Saya mendengarnya memberengut, "Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik...hasil yang begitu baik..." Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas, "Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?"Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata, "Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyak buku."<br />
<br />
Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya. "Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya? Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!" dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata,<br />
"Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini."<br />
<br />
Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas. Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku:<br />
"Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang."Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata ber- cucuran sampai suaraku hilang.<br />
<br />
Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20. Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas) . Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan, "Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana!"Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, "Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?"<br />
Dia menjawab, tersenyum, "Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu?"Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku.<br />
<br />
Aku menyapu debu-debu dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku, "Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga! Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu. .."Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan, "Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu."Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis.<br />
<br />
Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23. Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana. Setelah pacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku. "Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!" Tetapi katanya, sambil tersenyum, "Itu adalah adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini.Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya?<br />
Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu.."Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya dan mebalut lukanya. "Apakah itu sakit?" Aku menanyakannya.<br />
"Tidak, tidak sakit.Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja dan..."Ditengah kalimat itu ia berhenti. Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun ke wajahku.<br />
<br />
Tahun itu, adikku 23. Aku berusia 26.Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Banyak kali suamiku dan aku mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga, mengatakan, "Kak, jagalah mertuamu aja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini."Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi.Suatu hari, adikku diatas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel, ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit.<br />
<br />
Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu, "Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?"<br />
Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya.<br />
"Pikirkan kakak ipar--ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan.<br />
Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan dikirimkan?"<br />
<br />
Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yang sepatah-sepatah: "Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!"<br />
"Mengapa membicarakan masa lalu?" Adikku menggenggam tanganku.<br />
<br />
Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29.Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya, "Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?" Tanpa bahkan berpikir ia menjawab, "Kakakku."<br />
<br />
Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat. "Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang berbeda. Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah.Suatu hari, Saya kehilangan satu dari sarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu.Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya.<br />
<br />
Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya."Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku.Kata- kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku, "Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku." Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai.<br />
<br />
<br />
Sumber: Diterjemahkan dari "I cried for my brother six times"</div>
</div>
<div class="UIImageBlock_Content UIImageBlock_ICON_Content">
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09654717446214703932noreply@blogger.com2